Sabtu, 25 Juni 2011

KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN KRISIS

Dalam kamus New-Mariam Webster dikatakan, krisis merupakan suatu turning point for better or worse (titik balik untuk makin baik atau makin buruk). Krisis juga dikatakan sebagai waktu yang krusial, momen yang menentukan (decisive moment). Yang menarik juga adalah definisi dari cina, dimana masyarakatnya menggunakan symbol Wei-Ji bagi kata krisis. Wei-ji merupakan kombinasi dari dua kata cina yang berarti “bahaya” dan “peluang”.
PR dapat membantu perusahaan yang sedang mengalami krisis untuk kembali normal. Hal itu hanya dimungkinkan bila praktisi PR mengenal gejala-gejala krisis dari awal dan melakukan tindakan yang terintegrasi dengan aktor-aktor penting lainnya dalam perusahaan.

 
Krisis dalam perusahaan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Sebagian sebenarnya bisa diprediksi berdasarkan daur hidup perusahaan, namun sebagian besar yang lain tidak terduga datangnya. Sumber krisis antara lain teridir dari : (Lesly, 1993:25 dan Amahorseya, 1998:3)
  1. Bencana alam
  2. Kebakaran dan peledakan
  3. Kerusakan produk, sabotase produk atau boikot
  4. Pemogokan karyawan
  5. Masalah lingkungan hidup
  6. Serangan dari konsumen
  7. Kematian dan kecelakaan
  8. Tindakan kriminal
  9. Kebangkrutan, dan semua
  10. Rumor negative tentang perusahaan atau produk
Wilcox, et.al.(2003:183) menyarankan langkah-langkah komunikasi yang dapat dilakukan oleh public relations ketika menghadapi krisis:
1.      Perhatikan kepentingan publik sebagai yang utama
2.      Mengambil tanggung jawab untuk memecahkan permasalahan
3.      Mengatakan yang sebenarnya, tidak berusaha menyembunyikan fakta dan membohongi publik
4.      Menghindari berkata ”No Comment”. Menurut sebuah survey Porter/ Novelli dua per tiga publik menganggap ”no comment” artinya adalah organisasi bersalah atau melalukan sesuatu yang buruk.
5.      Menunjuk juru bicara tunggal
6.      Menyiapkan pusat informasi
7.      Menyediakan informasi secara periodik
8.      Memahami kebutuhan media dan deadline-nya
9.      Memberi kemudahan akses informasi
10.  Melakukan monitoring liputan media dan telepon
11.  Berkomunikasi dengan publik kunci

Terdapat tiga strategi yang umum digunakan  yaitu:
a)      Defensif strategy: mengulur waktu, tidak melakukan apa-apa (not in action atau low profile) dan membentengi diri dengan kuat (stone walling)
b)      Adaptif strategy: mengubah kebijakan, modifikasi operasional, komprromi, meluruskan citra.
c)      Dynamic strategi (strategi dinamis) : merger dan akuisisi, invetasi baru, menjual saham, meluncurkan produk baru, menarik peredaran produk lama, menggandeng kekuasaan, melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian.

Strategi Komunikasi Bencana
Untuk menangani krisis bencana banjir, Badan Informasi dan Komunikasi (BIK) sebagai pelaksana fungsi kehumasan pemerintah daerah dapat melakukan langkah-langkah terpadu dengan seluruh stakeholder terkait dan pimpinan daerah.
Pemerintah, dalam bencana alam seperti ini memang mempunyai peran yang krusial, seperti diatur Undang-Undang (UU) No.24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Pasal 5:
"Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana."
Sedang dalam Pasal  8 :
“Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
a. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan;
d. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan belanja daerah yang memadai.
Berdasarkan konsep-konsep dan teori tentang krisis yang sudah diuraikan diatas, untuk strategi penanganan krisis bencana banjir,  menurut penulis BIK dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Segera melakukan identifikasi permasalahan tentang penyebab banjir, daerah yang sudah dan rawan terkena banjir, apa dampaknya bagi masyarakat dan wilayah Solo Raya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dapat dijawab dengan penelitian dengan cepat.
b)      Setelah memiliki data-data dan mendiagnosa permasalahan, maka selanjutnya PR melakukan analisa, baik analisa parsial serta analisa lintas sektoral. Kemudian hasil analisa PR disampaikan kepada pimpinan daerah dan pimpinan dinas terkait sehingga dapat sinergis dengan pengambilan kebijakan secara keseluruhan.
c)      Mengambil inisiatif untuk segera membuat crisis center (posko bencana) dan media center, serta mengkoordinasikan yang pihak-pihak terkait dengan krisis ini.
d)     Bekerjasama dengan media sebagai ruang interaktif yang efektif untuk dapat digunakan bertukar informasi oleh warga dengan warga serta antara warga dengan pemerintah. Media juga dapat digunakan untuk memobilisasi solidaritas  dan menyalurkan bantuan antar warga.
e)      Memberikan informasi tentang apa yang sudah dan akan dilakukan oleh pemerintah sehingga sedikit banyak dapat ikut menenangkan dan membangkitkan optimisme warga.
f)       Menyediakan informasi secara periodik untuk dapat diakses publik.
g)      Melakukan monitoring liputan media, sehingga dapat melakukan kroscek antara realitas media dengan kenyataan di lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar